by : Vic Sundesk
Di balik gemerlapnya kehidupan Kota Padang, terdapat suatu komunitas yang mungkin tak terduga oleh banyak orang: Padang Fingerboard (@pdg.fingerboard).
Dibandingkan dengan olahraga mainstream lainnya, fingerboarding—permainan skateboard mini yang dimainkan dengan jari-jari—mungkin terasa kecil. Namun, bagi para anggota komunitas ini, fingerboarding bukan sekadar permainan, melainkan sebuah seni yang membangkitkan semangat kreativitas, kebersamaan, dan kolaborasi.
Sekelompok remaja dan dewasa berkumpul di Tsagi (@Tsagi_breakfast) yang berada di Jalan Sudirma, membawa papan miniatur mereka yang telah disesuaikan dengan keinginan dan kreativitas masing-masing.
Kursi, meja, tangga mini, atau bahkan potongan-potongan kayu sederhana, semuanya menjadi arena untuk mengekspresikan diri melalui trik-trik fingerboarding memukau. Mulai dari ollie, kickflip, atau bahkan mencoba trik-trik yang lebih sulit seperti 360 flips dengan keahlian dan presisi yang mengagumkan.
Sudah Tujuh Tahun Berdiri
Tsagi menjadi Fingerboard Padang berkumpul. Saya berkesempatan ngobrol-ngobrol dengan Hutri, ketua komunitas ini. Hutri sedang duduk santai menghisap rokoknya, dia menggunakan kaos hitam lengan panjang dengan tulisan berapi-api di dadanya.
“Kalau di Padang komunitasnya baru berdiri Juni 2017 dan masih eksis sampai sekarang,” katanya.
Umumnya anak-anak skateboard juga bermain fingeboard, begitu pula dengan Hutri. Ketika menyelami hobi baru ini, dia merasa dapat mengeksplorasi lebih luas. Mainnya juga jauh lebih mudah, terlebih banyak kawan yang dapat diajak berdiskusi.
Bagi Hutri, fingerboard bukan lagi sekadar permainan. Hobi ini sudah merupa wadah pertukaran ide, keterampilan dan inspirasi. Mereka saling membantu dalam memperbaiki papan yang rusak, berbagi trik baru, atau bahkan membantu pemula untuk belajar dan mengasah keterampilan mereka. Dalam keramaian suara papan mini yang meluncur di atas permukaan, terdengar tawa dan candaan dari mereka yang saling menguatkan satu sama lain.
Tak heran jika komunitas fingerboard di Padang menjadi semacam keluarga kedua bagi para anggotanya. Di sini, mereka menemukan tempat di mana mereka bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa takut dihakimi, dan di mana kekreativitasan mereka diakui dan dihargai. Komunitas ini membuktikan bahwa sesuatu yang sederhana seperti fingerboarding bisa menjadi dasar untuk membangun hubungan yang kuat dan berarti dalam masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, komunitas ini terus tumbuh dan berkembang, menarik minat lebih banyak orang yang ingin bergabung dan berkontribusi. Dengan semangat yang terus berkobar dan semangat kreatif yang tak terbatas, mereka merintis jejak menuju masa depan yang penuh harapan, tidak hanya untuk fingerboarding, tetapi juga untuk masyarakat Padang secara keseluruhan. Hutri menyebutkan sekarang komunitas fingerboard juga ada di Payakumbuh dan Padang panjang.
Untuk saat ini komunitas fingerboard di padang masih bergerak secara kolektif, Hutri juga menyebutkan belum mendapatkan perhatian pemerintah daerah. Mereka berharap pemerintah bisa memberi support untuk kegiatan pemuda ini. Sebab menurut Hutri jumlah pemain fingerboard sendiri lebih kurang seratus orang.
Membangun Fingerpark dan Menyediakan Kebutuhan Anggota
“Sekarang secara kolektif kami membangun fingerpark untuk bisa bermain fingerboard,” katanya. Mereka berharap pemerintah daerah bisa memberi support berupa fingerpark (area bermain fingerboard) yang proper dan even untuk memasyarakatkan kegiatan ini lagi.
“Yang penting sekarang menjadi humble, berkawan, nanti akan ada yang kepo nanya fingerboard, di saat itulah kita memperkenalkan fingerboard ini ke orang baru,” Kata Hutri sambil memainkan fingerboard nya di meja.
Saya juga berkesempatan bertemu dengan Dede, pemain fingerboard sekaligus pengelola workshop WARD yang menyediakan pelbagai kebutuhan fingerboard lengkap di Sumatera Barat.
“Kami ada fingerpark. Daripada bingung anak-anak ini beli online,” kata pria yang berperawakan tinggi dan kurus ini sembari memainkan fingerboard.
WARD Sendiri sudah aktif sekitar 2 bulan terakhir. Melihat peluang banyaknya penikmat fingerboard di padang, mereka berinisiatif untuk menyediakan berbagai keperluan fingerboard dari berbagai brand. Dede sendiri juga berharap event dan pemain fingerboard lebih banyak lagi. WARD berada dalam satu komplek area dengan Tsagi, jadi untuk teman teman yang bermain fingerboard bisa langsung ke lokasi tersebut.
“Yang nggak mainpun sekarang jadi ikut main fingerboard karna ada yang jual (mewadahi),” tutur Dede.
Selamat hari apapun!
Baca juga tulisannya Vic Sundesk lainnya:
KETIKA SANG RAJA HIP-HOP BIG 3 KENDRICK, DRAKE DAN J-COLE BEREBUT MAHKOTA