Biduan, Tuak dan Kerusuhan, Ini Pengalaman Saya Jadi Remaja Pecinta Orgen Tunggal di Payakumbuh

Oleh Fachri Hamzah

26 Maret 2023

Meninggalnya seorang kawan ketika menonton orgen tunggal  menjadi luka mendalam bagi saya dan siswa MTSN Gadut Bunga Setangkai lainnya. Kabar yang disampaikan oleh orang tuanya kepada pihak sekolah mengejutkan. Padahal sebelum meninggal saya masih bercerita dengannya perihal tugas sekolah sambil menghisap rokok surya. Ternyata nasib berkata lain, mungkin sudah takdirnya, kata salah seorang guru.

Ini cerita saya ketika menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada 2014. Bermula dari seorang kawan sekolah bernama Miko. Dia pria idaman para wanita dengan tinggi 187 cemetir sedikit kumis tipis dan alis tebal. Hobinya nonton orgen tunggal, setidaknya satu kali dalam satu minggu.

Rasa penasaran membawa saya untuk mencari grup facebook-nya. Namanya Report. Akronim dari Remaja Pecinta Orgen Tunggal. Kawan ini bercerita ada banyak anak muda yang ikut perkumpulan ini di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota saat itu.

Langkah pertama saya bergabung dengan grup Facebook Report, setelah admin menyetujui baru bisa melihat apa pembahasannya. Setelah diperiksa memang sama seperti yang dia katakan. Grup ini isinya anak-anak muda kisaran 19  sampai 25 tahun, itu terlihat dari perawakan wajah di foto profil. Grup Report memiliki 100 orang anggota aktif.

Para anggota grup selalu aktif berbagi lokasi organ tunggal, sekali-kali ada yang menjual barang seperti handphone. Setiap malam minggu grup ini bakal heboh setiap malam minggu, pasti ada yang bertanya lokasi organ tunggal.

Dima orgen malam ko sanak (dimana acara orgen nanti malam sanak?),” tulis salah satu anggota grup. Tak lama ada yang menyautnya dan mengirimkan jadwal.

“Jadwal Idola DJ, tanggal 08 Januari 2016 di Tanjung Pauh, 09 Januari di Balai Batuang, 10 Januari Danguang Gaduik, itulah jadwal sementara,” tulis akun bernama Refki.

Berbeda dengan grup-grup facebook yang saya ikuti. Anggota grup ini sangat ramah. Sesama anggota grup biasa memanggil yang lainnya dengan sebutan sanak atau dunsanak, bahasa minang-nya saudara.

Kota Payakumbuh punya dua grup Facebook orgen tunggal, satu lagi bernama Repogal (Remaja Pecinta Orgen Tunggal). Namun, Repogal tidak seeksis Report  jika membandingkannya dari jumlah peserta grup. Report memiliki anggota 15 ribu lebih. Sedangkan Repogal hanya 5 ribu.

Setelah lama bergabung  grup facebook Report, saya memutuskan untuk mencoba datang ke lokasi di Nagari Mungo, Kabupaten Lima Puluh Kota. Bersama dua teman satu kampung Irsyad dan Rama, kami berjanji untuk berkumpul pada 20.00 WIB di warung tempat biasa nongkrong. Satu hal yang wajib sebelum berangkat saya mencari baju kemeja warna warni dan celana jeans yang sedikit ketatk. Gaya yang memang sedang trend sekitar 2010 sampai 2015.

Tepat pukul 20.00 WIB dua teman sudah berada di tempat kami janji bertemu. Saya lihat ada dua orang lagi  bergabung untuk ikut menyaksikan orgen tunggal. Kami berempat punya fesyen yang hampir sama. Menggunakan kemeja motif kotak-kotak dan celana jeans ketat ke bawah.  Bermodalkan uang 15 ribu kami berangkat menuju Kenagarian Mungo di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jarak tempuh 15 menit.

Berjarak 900 meter dari lokasi orgen, kami sudah mendengar suara alunan musik DJ dan lampu kelap kelip bak di diskotik. Biasanya musik akan dimulai pada pukul 22.00 WIB setelah si empu acara selesai melaksanakan hajatan.

Sampai di lokasi, saya melihat ratusan anak muda laki-laki dan perempuan sudah berkumpul siap bergoyang dengan iringan suara  biduan yang menggunakan gaun berwarna merah di atas panggung. Penonton tak hanya rombongan kelompok-kelompok kawan saja, ada juga yang membawa pasangannya untuk menonton orgen tunggal.

Musik yang menjadi favorit ketika itu  DJ Morena mulai diputar (itulah sebutan musiknya), diiringi cahaya lampu berwarna hijau, merah dan putih seperti di diskotik, satu persatu tangan peserta orgen di angkat ke atas.

Karena ini pengalaman pertama, saya sangat menikmati hiburan ini. Lagi enak-anaknya mendadak seorang kawan menarik dan mengajak ikut bergoyang di depan panggung. Sambil tangan diangkat ke atas, kami bergoyang sekitar satu jam lebih. Merasa lelah saya mulai ke belakang untuk mencari posisi untuk duduk sambil menjulurkan kedua kaki.

Tiga puluh menit kemudian seorang kawan sekolah menghampiri saya sambil menggenggam sebuah kantong plastik berwarna hitam dengan sedotan, dia menyodorkan minuman itu. Baunya seperti telur busuk. Ternyata itu tuak.

Minuman memabukkan ini populer karena punya harga terjangkau. Harganya hanya sekitar lima sampai sepuluh ribu satu bungkus plastik. Jauh lebih murah dari Anggur Merah Orang Tua.

Cairan fermentasi ini jadi pelengkap acara orgen tunggal, ada yang kurang rasanya jika tidak ada minuman tradisional tersebut. Setiap penikmat biasanya tau dimana lokasi orang menjual tuak. Kalau di Payakumbuh tuak yang paling terkenal adalah tuak naga yang terbuat dari fermentasi ubi-ubian dan air batang anau.

Malam semakin larut, jarum jam sudah menunjukan pukul 22.00 WIB. Saya bertambah hanyut dengan alunan musik yang berdentum-dentum. Banyak yang sudah teler dan berjalan sempoyongan sambil memegang plastik kresek yang di atasnya ada sedotan plastik.

Tiba-tiba musik berhenti, muda-mudi yang tadinya bergoyang mencoba untuk bernegosiasi kepada pemain musik agar tetap lanjut pertunjukannya. Tetapi mereka mengatakan, alasan berhenti karena permintaan yang punya acara, mereka khawatir akan terjadi perkelahian sebab sudah banyak dari peserta yang tidak sadarkan diri.

Akhirnya para hadirin paham dengan kondisi tersebut, mereka satu per satu pergi meninggalkan lokasi organ tunggal, tidak sedikit juga tetap bertahan untuk sekadar beristirahat.

Kematian Kawan yang Mengejutkan 

Saya lupa persis kapan kejadiannya, sekitar 2014 atau 2015. Kabar sedih tentang meninggalnya kawan sekolah kami. Menurut kabar yang beredar dia meninggal karena berkelahi ketika menyaksikan orgen tunggal. Saat meninggal kawan itu ditemukan berlumuran darah dan kepalanya bocor. Ada kabar mengatakan seseorang menghantamkan kepalanya dengan kayu balok yang ujungnya tertancap paku.

Setelah mendapatkan kabar tersebut, guru kami mengosongkan jam pelajaran. Kami lantas bersama-sama melayatnya. Mengantarnya ke peristirahatan terakhir.

Bisik punya bisik yang meluas di sekolah, perkelahian itu bermula dari aksi saling senggol saat bergoyang. Perkelahian yang awalnya hanya saling dorong ketika bergoyang hingga pukul-pukulan hingga kemudian berujung jadi pertarungan antar kampung yang sebelumnya juga telah memanas.

Setelah kejadian itu, perselisihan antar kampung Nagari Mungo dengan Nagari Taram semakin panas, beredar isu akan terjadi tawuran. Namun tokoh masyarakat setempat meredamnya dengan mediasi dan membuat perjanjian dari kedua belah pihak. Mereka sepakat menyelesaikan permasalahan ini dengan damai.

Walaupun telah merenggut jiwa seorang anak muda,  hal itu tidak menghentikan aktivitas Report. Sampai 2016 grup Facebook itu masih aktif dan pengikutnya bertambah banyak. Persinggungan antar kampung A dengan B tetap saja terjadi. Tak sedikit dari acara orgen tunggal tetap berujung chaos.

 

Traktir Penulis

Jika tertarik membaca karya penulis ini dan ingin memberikannya dukungan.

Silahkan klik tautan dibawah ini agar penulis lebih bersemangat dan produktif.

Click Here

Dukung kami untuk menghadirkan cerita, dan liputan yang mendalam terkait yang terpinggirkan.

 

Silahkan klik tautan dibawah ini.