Jadi Isu Paling Dikhawatirkan Anak Muda, Krisis Iklim Harus Jadi Prioritas Pemberitaan di Pemilu 2024

Lembaga Yayasan Cerah dan Indikator menemukan bahwa anak muda di Indonesia sangat khawatir soal isu kerusakan iklim dan polusi. Masing-masing isu mencapai angka 82 persen dan 74 persen.

“Artinya mereka (responden muda) mulai sadar dengan dampak perubahan iklim,” kata Joni Aswira, Ketua Umum The Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ) di Jakarta pada Rabu (21/6/2023).

Baginya, temuan-temuan tadi merupakan peluang dan tantangan untuk menjadikan perubahan iklim sebagai topik yang relevan dan penting bagi pemuda-pemudi Indonesia. Apalagi, populasi Gen-Z dan Milenial mencakup lebih dari 60% pemilih dalam Pemilu 2024.

Joni menyampaikan hal ini dalam diskusi terfokus bertajuk menguatkan narasi lingkungan hidup di tahun politik di Jakarta, Rabu (21/6/2023).

Diskusi yang menghadirkan pegiat pers, praktisi politik, lembaga penyelenggara pemilu hingga organisasi lingkungan hidup ini bertujuan menaikkan isu lingkungan hidup. Mejadikan topik-topik lingkungan hidup, termasuk krisis iklim jadi prioritas pemberitaan jelang hajatan politik di tahun 2024.

Krisis Iklim Sudah Jadi Perhatian Politik Global

Joni Aswira mengatakan krisis iklim telah menjadi perhatian politik dunia. Persoalan ini masih banyak berhadapan dengan sejumlah tantangan.

Dia mencontohkan ketika Conference of the Parties (COP) ke 27 di Mesir tahun 2022 lalu. The Institute for Strategic Dialogue merilis laporan tentang adanya upaya untuk membersihkan citra industri fosil dengan menyebarkan disinformasi.

Laporan berjudul “Deny, Deceive, Delay” itu mengungkap data perpustakaan iklan Meta, perusahaan teknologi yang menaungi berbagai media sosial populer, untuk menunjukkan adanya 3.781 iklan aktif dari entitas terkait bahan bakar fosil yang menghabiskan $3-4 juta, antara 1 September hingga 23 November 2022 di Facebook dan Instagram.

“Belanja iklan ini merupakan upaya mereka (entitas terkait industri fosil) melakukan disinformasi

bahwa perubahan iklim itu tidak ada, tidak akan berdampak apa-apa bagi manusia,” ujar Joni.

“Mereka juga mengkampanyekan bahwa transisi energi akan mengancam keamanan energi di Amerika.”

Di Indonesia sendiri, lanjutnya, seturut hasil survei YouGov yang terbit pada 2020, mengungkap sebanyak 18% responden yang tidak percaya aktivitas manusia menyebabkan perubahan iklim. Persentase itu disebut lebih tinggi dari 24 negara lain yang jadi bagian dalam riset tersebut.

Padahal laporan terbaru Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), badan ilmiah paling berwenang di dunia, tanpa ragu mengatakan aktivitas manusia, terutama melalui emisi gas rumah kaca, telah menyebabkan suhu permukaan global mencapai 1,1° C antara tahun 2011-2020.

Kondisi ini jadi dasar SIEJ sebagai satu-satunya organisasi jurnalis lingkungan hidup di Indonesia, berupaya menjembatani topik perubahan iklim menjadi perhatian semua kalangan masyarakat. 

Joni berharap FGD tersebut dapat menambah inspirasi bagi kerja-kerja jurnalistik. Terutama dalam merumuskan strategi mengarusutamakan permasalahan dan dampak, serta upaya-upaya mitigasi perubahan iklim.

 

Dukung kami untuk menghadirkan cerita, dan liputan yang mendalam terkait yang terpinggirkan.

 

Silahkan klik tautan dibawah ini.