wikimediacommons

Food Not Bomb Adalah Protes, Bukan Amal!

Kelaparan masih menghantui masyarakat miskin perkotaan.  Hal ini menjadi tanda bahwa berpuluh tahun negara berdiri, distribusi makanan yang adil gagal terlaksana. Sementara orang-orang kelaparan hidup di negara yang melakukan ekspor impor bahan pangan setiap harinya. Bisakah kita mengatakan negara gagal dalam mendistribusikan pangan ke rakyatnya?

 

Food Not Bomb hadir untuk protes ketidakadilan semacam itu. Dalam sejarahnya, FNB muncul dalam situasi perlawanan masyarakat terhadap pembangunan stasiun tenaga nuklir Seabrook di sebelah utara Boston, Amerika Serikat. Mereka membagikan makanan lengkap pertama mereka pada 26 Maret 1981 setelah pertemuan pemegang saham Bank Of Boston untuk memprotes eksploitasi kapitalisme dan investasi dalam industri nuklir.

Dalam laman resmi Food Not Bomb menegaskan kegiatan mereka. “Kami mengambil makanan yang akan dibuang dan membagikannya sebagai cara untuk memprotes perang dan kemiskinan. Dengan lima puluh sen dari setiap dolar pajak federal Amerika Serikat digunakan untuk militer dan empat puluh persen makanan dibuang, sementara begitu banyak orang berjuang untuk memberi makan keluarga mereka, kami berharap dapat menginspirasi masyarakat untuk menuntut agar pengeluaran militer dialihkan untuk kebutuhan manusia,” tulis mereka dalam FAQ-nya.

 

Kami juga mengurangi limbah makanan dan memenuhi kebutuhan langsung komunitas kami dengan mengumpulkan makanan yang dibuang, menyiapkan makanan vegan yang kami bagikan kepada yang lapar, sambil menyediakan literatur tentang perlunya perubahan dalam masyarakat. Food Not Bombs juga memberikan makanan kepada para pemrotes dan pekerja yang mogok, serta mengorganisir bantuan pangan setelah krisis alam dan politik.

 

Saya mengutip juga San Francisco Food Not Bomb yang mengatakan sebagai kelompok kolektif yang longgar, mereka memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu: Non-kekerasan, makanan bersifat vegetarianisme dan pengambilan keputusan yang bersifat konsensus.

Mengapa makanannya bersifat vegetarian? San Francisco Food not Bombs mencatat 25 persen makanan di Amerika terbuang tiap tahun dengan perkiraan 130 pon makanan per orang berakhir di tempat sampah. Padahal itu cukup untuk memberi makan 49 juta orang. Dengan menyajikan makanan vegetarian menurut mereka mencerminkan komitmen terhadap non-kekerasan, serta penggunaan sumberdaya yang bijak dan rasional.

 

“Kami juga ingin menghentikan eksploitasi tidak hanya terhadap manusia, tetapi juga terhadap hewan. Sebagai bagian dari kerja kami untuk perdamaian, kami tidak ingin mendukung kekerasan terhadap hewan. Pola makan berbasis tumbuhan penting untuk melindungi lingkungan dan merupakan cara penting untuk menyediakan sebanyak mungkin makanan dengan dampak sekecil mungkin terhadap Bumi. Food Not Bombs berupaya memperkenalkan pola makan vegan atau vegetarian kepada masyarakat. Jika seseorang menyumbangkan daging ke Food Not Bombs, kami mengalihkannya ke badan amal yang bersedia menyajikannya,” tulis foodnotbombs.net.

 

Dukung kami untuk menghadirkan cerita, dan liputan yang mendalam terkait yang terpinggirkan.

 

Silahkan klik tautan dibawah ini.