Penulis: Uyung Hamdani
Foto: Uyung Hamdani
Editor teks: Jaka HB
7 maret 2024 Sumatera Barat diguyur hujan lebat tanpa henti selama 12 jam, banjir dan longsor datang menghampiri hampir semua daerah di kota kabupaten Sumbar. Kota Padang, kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Lima puluh Koto, Kabupaten Agam dan yang banyak menyita perhatian adalah Kabupaten Pesisir Selatan. Dan Langgai salah satu daerah yang terisolir di Pesisir Selatan karena bencana ini.
Saya datang ke Langgai pada tanggal 10 maret 2024. Saat itu Langgai masih dalam “daftar tunggu” distribusi bantuan selain evakuasi, sementara daerah lainnya, bantuan berdatangan dan mengalir bak air bah pula.
Dalisman, warga Langgai sekaligus tokoh masyarakat setempat mengatakan bahwa mereka membutuhkan akses listrik, pembersihan jalan dan jembatan darurat yang bisa dilalui kendaraan roda empat sehingga bantuan dari luar berupa sembako, air bersih dan layanan kesehatan bisa segera disalurkan mengingat warga harus berjalan kaki lebih kurang 3 hingga 4 jam menjangkau kampung-kampung lain mencari bahan pokok dan layanan lain yang dibutuhkan.
Dalisman juga menerangkan bahwa masyarakat membutuhkan air bersih mengingat sumber-sumber air bersih yang selama ini digunakan sehari hari oleh warga, beberapa menjadi hilang akibat longsor. Sementara air sungai masih berwarna kecoklatan karena bercampur dengan tanah liat yang terbawa akibat banjir.
Beruntung, sebuah komunitas motor bernama Konstra – Komunitas Semi Trail Teratak dan dermawan setempat mau berjibaku membawa bantuan sembako yang mereka bawa menggunakan motor dan keranjang dibelakang motor mereka. Bantuan ini menjadi obat lara sembari menunggu bantuan dari pihak lain datang karena hambatan-hambatan yang tidak sedikit itu.
Meneropong bencana yang terjadi di Langgai menjadi pelajaran penting bagi masyarakat dan pemerintah bahwa program mitigasi bencana dan kebijakan pertolongan “segera” sudah harus serius dan sejak dini dilakukan karena fenomena alam seperti banjir, longsor dan lainnya bisa mengakibatkan bencana yang merusak dan mengakibatkan korban jiwa.
7 maret 2024 usai Sumatera Barat diguyur hujan lebat tanpa henti selama 12 jam, banjir dan longsor datang menghampiri hampir semua daerah di kota kabupaten Sumbar. Kota Padang, kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Lima puluh Koto, Kabupaten Agam dan yang banyak menyita perhatian adalah Kabupaten Pesisir Selatan.
Media Center Tanggap Darurat Kabupaten Pesisir Selatan mencatat sebanyak 125 rumah rusak berat di kecamatan Sutera, 80 rumah diantaranya ada di kampung Batu Bala dan Langgai. Di Langgai, banjir dan longsor meratakan pemukiman dan menewaskan sedikitnya 10 orang warga dan berdampak pada 560 KK (data BPBD kab. Pessel) terisolir sehingga akses penyelamatan tidak bisa segera dilakukan.
Bantuan evakuasi oleh tim gabungan Basarnas, BPBD, dan lembaga lain baru bisa hadir dua hari setelahnya dengan melewati kubangan lumpur setinggi 1 hingga 2 meter akibat longsor pada 4 titik yang tercatat. Belum lagi hambatan karena dua jembatan penghubung antar kampung rusak berat dan warga terpaksa melintasi sungai dengan jembatan seadanya.
Usai banjir dan longsor, pemandangan memilukan segera terpampang. Dinding-dinding rumah bolong, batang-batang kayu berdiameter 2 hingga 3 meter berserakan dan tersandar ditembok rumah. Belum lagi rumah-rumah yang hilang tertimbun lumpur, batu dan kerikil.
Saat saya pulang ke Padang tanggal 13 Maret 2024, masih terdengar kabar dari seorang kawan orang Aur Duri Surantiah, Katanya; Langgai masih ‘daftar tunggu’.
Samsul salah satu warga Langgai mengatakan kondisi jalan menuju Langgai sudah bisa dilalui motor. Walaupun belum bisa sepenuhnya dikatakan aman.
“Tapi kini sudah bisa motor (lewat),” katanya pada reporter roehenaproject.com Fachri Hamzah melalui pesan WhatsApp pada Sabtu (23/3/2024).
Semoga saat tulisan ini tayang, orang-orang Langgai bisa khusuk berpuasa sebab sudah ada bahan-bahan pokok untuk berbuka dan sahur. Selain itu dapat berwudhu dengan air bersih yang mengurangi nestapa mereka. Semoga!