Oleh: Habil Ramanda
“Bagi saya, harimau adalah simbol keindahan dan kekuatan alam yang harus kita lestarikan,” kata Titin, 62 tahun.
Titin Surtini (62) antusias mengikuti rangkaian kegiatan Global Tiger Day dan acara menuju Hari Konservasi Alam Nasional oleh Balai KSDA Sumatera Barat. Dalam suasana Car Free Day yang cerah pada Minggu pagi (28/7), Titin hadir bersama anaknya.
Salah satu yang menarik perhatiannya adalah stan rias wajah bertemakan harimau. Tanpa ragu, ia mendekat dan duduk di kursi rias. Sang perias mulai mengubah wajahnya, menggambar corak garis-garis hitam dan jingga, menjadikannya seperti harimau yang menawan.
“Bagi saya, harimau adalah simbol keindahan dan kekuatan alam yang harus kita lestarikan,” kata Titin. Setelah wajahnya dirias seperti harimau, wanita paruh baya itu tampak bersemangat layaknya anak muda yang berkomitmen untuk menjaga alam.
Menurut perempuan berhijab ini merasa sebagai warga Sumatera dirinya merasa memiliki tanggungjawab besar untuk menjaga harimau dan melestarikan ekosistemnya. Dia berharap acara kampanye pelestarian harimau ini bisa terus berlanjut dan dapat mengedukasi anak muda untuk lebih peduli pada lingkungan.
Bagi Titin, ini lebih dari sekadar acara, ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk melindungi dan melestarikan.
“Harapannya, kegiatan seperti ini bisa lebih sering diadakan dan menginspirasi lebih banyak orang, terutama generasi muda, untuk menjaga alam,” katanya dengan penuh harap.
Flash Mob Dance For Tiger
Di tengah keramaian masyarakat Kota Padang yang berolahraga, di Jalan Rasuna Said itu, sekelompok siswa dari 20 SMA dan SMK dari Kota Padang, dan dancer terlatih dari komunitas RUNDUNK yang mempersembahkan “Dance for Tiger”. Tarian penuh energi dan irama musik yang memukau membuat ratusan pasang mata tertuju kepada mereka. Mereka bergerak dengan sinkronisasi yang apik, menyampaikan pesan pelestarian harimau melalui setiap gerakan mereka.
Tak jauh dari situ, ada volunteer green youth movement dan volunteer tiger heart yang melakukan face painting dan dua seniman muda sibuk dengan spray mewarnai dan membuat mural harimau, mereka adalah Firman dan Miranda Curly, menciptakan mural bertemakan harimau. Sapuan spray mereka begitu hidup, seakan harimau-harimau itu akan melompat keluar dari tiga unit sketsel yang mereka warnai itu.
Mural ini menarik perhatian banyak orang, terutama anak-anak yang melihat dengan penuh rasa kagum.
Di tengah semarak acara, Erlinda C Kartika, ketua panitia rangkaian acara ini, berdiri dengan penuh senyuman dan antusiasme, menyaksikan kesuksesan acara yang telah ia rancang.
“29 Juli bmerupakan peringatan Hari Harimau Sedunia,” jelas Erlinda sambil tersenyum puas.
Mengapa BKSDA Menggaet Pegiat Seni?
Ia menjelaskan bahwa Balai KSDA bertujuan untuk mengampanyekan kepedulian masyarakat Kota Padang terhadap konservasi alam. Untuk mencapai tujuan ini, mereka menggandeng para penggiat seni dalam sebuah kolaborasi kreatif.
“Seni bisa mengangkat acara dan menarik perhatian banyak orang. Car Free Day ini kesempatan yang sangat bagus, kita tidak perlu lagi mengumpulkan orang. Tinggal kita berikan kolaborasi untuk menarik perhatian masyarakat, dan kita memilih seni,” ujarnya Erlinda yang juga merupakan seorang peneliti harimau.
Pelestarian Alam itu Tugas Setiap orang Demi Kebaikan Bersama
Selaku ketua panitia rangkaian acara Global Tiger Day BKSDA, Erlinda menekankan tugas pelestarian alam bukan hanya tugas BKSDA, tapi juga kewajiban setiap orang demi kebaikan bersama. Sebab itu pihaknya mengangkat tema Konservasi Alam untuk Semua.
Guna membangun kesadaran ini, BKSDA memberikan edukasi kepada kalangan yang lebih muda.
“Anak-anak banyak yang tertarik, artinya kita juga memberi edukasi kepada mereka sejak dini tentang harimau. Kalau mereka senang, berarti tujuan kita berhasil,” tutur Erlinda dengan wajah yang ceria, menyaksikan generasi muda yang terinspirasi oleh pesan penting ini.
Terlihat beberapa anak bersemangat berfoto dengan maskot harimau dan bergoyang bersama mengikuti irama musik yang ceria.
Foto Utama: Maskot Harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) di Car Free Day kota Padang oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar bersama beberapa pegiat seni/Adzwari Ridzki